Jejak Social Distancing Siti Maryam

CAHYALOKA.COM – Berulang kali, Allah menceritakan kemulian hambaNya dalam Al Quran, yang bisa dijadikan suri tauladan umat setelahnya hingga akhir zaman kelak.

Tak ada seorangpun, yang ingin terus berada pada situasi pandemi seperti sekarang, namun kita dapat mentafakuri, jejak kisah Siti Maryam, dalam berkhidmat kepada Allah, di masa social distancingnya kala itu.

Siapa yang tak kenal sosok Siti Maryam, wanita mulia sepanjang zaman yang tetap tegar meski didera berbagai ujian yang berat.

Mari kita telusuri kembali, semangat keberserahan diri, yang tak pernah pudar darinya, selama menjalani hari-hari dalam situasi social distancing.

Tiga bulan berada di rumah saja, dengan full beraktivitas bersama keluarga, tentu sebagai seorang ibu, kita dituntut menjadi ibu yang kreatif, agar kehangatan keluarga tetap terjaga.

Kejenuhan anggota keluarga dikarenakan terbatasnya ruang gerak, perlu diatasi dengan munculnya ide-ide segar di dalam rumah, sebagai pengalihan rasa bosan yang melanda.

Dan yang paling penting dari semuanya, kita, sebagai ibu, harus dapat mengelola rasa bosan itu sendiri agar tetap bisa memberikan dukungan yang penuh pada keluarga.

Sebab, jika kita tak dapat mengatasi segera, segala permasalahan emosi yang kita rasakan, maka bukan hal yang mudah, untuk menciptakan kehangatan dan keharmonisan dalam keluarga, selama masa social distancing ini.

Oleh karena itu, ada baiknya, sejenak kita mentafakuri, rahasia dibalik ketabahan Siti Maryam, dalam menjalani hari-harinya, saat harus terpisah, dari kehidupan masyarakat tempat tinggalnya.

Siti Maryam lahir dari rahim seorang wanita sholih, yaitu Bunda Hannah, yang bersuamikan seorang lelaki sholih juga, bernama Imran.

Pada saat itu, keduanya telah menahan rindu yang sangat lama, untuk memiliki seorang anak, layaknya pasangan orang tua lainnya.

Ketika suatu saat, Bunda Hannah melihat seekor induk burung memberi makan anaknya, perasaan ingin memiliki anak itu semakin menggebu, hingga ia pun kembali berdoa kepada Allah, agar mengaruniakan kepadanya seorang anak, yang dalam nazarnya, jika Allah kabulkan, ia akan menyerahkan sang anak, untuk mengabdi sebagai hamba Allah, di tempat peribadatan Baitul Maqdis.
Allah pun mengabulkan doanya, pada akhirnya ia mengandung dan melahirkan seorang anak, yang selama ini diimpikannya. Meskipun saat sang anak masih dalam kandungan, suaminya ditakdirkan kembali pada Allah, hingga status anaknya saat lahir, sudah menjadi seorang anak yatim.

Ia juga tak menyangka, bahwa anak yang dilahirkannya, adalah seorang anak perempuan, karena umumnya pada masa itu, anak-anak yang dititipkan untuk mengabdi di baitul maqdis, kebanyakan adalah anak laki-laki. Namun Bunda Hannah tak surut semangat, ia tetap akan memenuhi nazarnya, dengan menjadikan anak yang dilahirkannya ini, sebagai pengabdi Allah seperti janjinya semula.

Dan… Sudah sejak usia dini, Siti Maryam telah diajarkan untuk berkhidmat pada Baitul Maqdis yang ada di Palestina.

Ada beberapa keteladanan yang bisa kita jadikan pelajaran sebagai bekal melewati masa-masa sulit yang diakibatkan pandemi seperti saat ini.

Pertama, ia taat pada ketentuan Allah, dimana sejak awal sesuai dengan nazar sang ibu, ia telah diminta menyerahkan hidupnya, semata-mata hanya untuk mengabdi pada Allah di Baitul Maqdis. Ia menerima ketentuan itu, dengan penuh ketaatan tanpa berusaha menolak, karena meyakini, bahwa berserah pada ketentuan Allah adalah sebaik-baik pilihan hidup.

Yang kedua adalah, kerelaannya untuk melakukan social distancing selama mengabdi pada Allah, dengan cara menjaga diri dari dunia luar, hingga ia dapat fokus beribadah dan berkhidmat pada Allah tanpa terganggu oleh hal-hal yang ada diluar tempatnya beribadah. Atas keistiqomahannya dalam berkhidmat ini, maka Allah sendiri yang memenuhi kebutuhan logistiknya, tanpa seorang pun dibiarkan oleh Allah untuk membantunya.

Hal ini terekam dalam sejarah, ketika Nabi Zakaria as, yang saat itu bertanggung jawab untuk mengayominya, terkejut mendapati beraneka ragam makanan di mihrab Siti Maryam, padahal tak seorangpun yang datang kesitu sebelumnya.

Keteladanan yang ketiga, saat Allah titipkan seorang bayi dalam rahimnya, tanpa seorang ayah, yang mana bayi itu adalah nabi Isa as, ia difitnah habis-habisan, sehingga menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang wanita sholih, namun hal ini tetap tak membuatnya gusar, pada ketentuan Allah atas dirinya. Ia menerima kondisi itu sebagai bentuk ketaatan, bahwa ketentuan Allah pada hambaNya yang bertakwa tidak pernah salah. Selalu saja ada hikmah kebaikan setelahnya.

Dan memang betul, karena ternyata hikmah kebaikan yang didapatkannya adalah, dengan diberikannya oleh Allah, seorang anak laki-laki yang kelak menjadi salah satu utusan Allah yang dimuliakan.

Jika kita tarik dengan kondisi social distancing hari ini, sebagai seorang ibu, kita dapat meneladani keberserahan diri Siti Maryam, dengan menerima ketentuan Allah, bahwa situasi sulit di masa pandemi ini adalah cara Allah untuk menaikkan derajat kesholihan kita.

Allah ingin menyaksikan sejauh mana kita mampu menerima ini, sebagai takdir dariNya, dan sejauh mana kita akan tetap melakukan ketaatan, dalam beribadah kepada Allah di situasi yang serba tidak mudah ini.

Ibadah yang dimaksud, selain dari ibadah wajib, adalah ibadah ketegaran dan kesabaran, dalam menghadapi segala akibat, yang terjadi karena situasi pandemi ini, termasuk diantaranya segala peristiwa yang muncul dalam keluarga kita, selama masa social distancing ini.

Hal paling penting yang perlu diingat, bahwa dengan ketaatan dan kesabaran akan ketentuan Allah, maka sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. Allah akan senantiasa menjaga hambaNya yang bertakwa, dengan memenuhi apa saja, yang menurut Allah, dibutuhkan oleh hambaNya selama masa pandemi ini masih berlangsung.

Masya Allah… Sungguh besar hikmah yang bisa kita tafakuri, dari jejak perjalanan social distancing yang dilakukan oleh Siti Maryam.

Semoga Allah menjadikan kita semua, sebagai hambaNya yang tegar dan sabar dalam menghadapi situasi sulit apapun, seperti yang sedang kita hadapi saat ini. [Kak Galuh]

 

Simak videonya:

 

Lihat Juga

Keluargaku Support Systemku

Keluargaku, Support Systemku

Support system merupakan bentuk dari dukungan sosial, dimana bentuknya bisa berupa keberadaan orang lain yang dpt diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidup seseorang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *