Jangan Pukul Perempuan

CAHYALOKA.COM – Dalam situasi wabah pandemi Covid 19 hari ini, dimana masing-masing anggota keluarga hampir 24 jam saling bertemu, berkomunikasi, bereaksi terhadap beragam peristiwa dan melakukan aktivitas bersama lainnya, ternyata tak sedikit yang malah menyebabkan munculnya gesekan yang mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

Data dari Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK), sejak pemberlakuan karantina mandiri (akibat wabah pandemi covid 19) yaitu tanggal 16 Maret hingga 12 April 2020, tercatat sebanyak 75 kasus kekerasan yang sebagian besar korbannya adalah perempuan.

Bisa dibayangkan jika banyak perempuan yang menjadi korban kekerasan dan mengalami trauma maka akan semakin berat tugas untuk menghantarkan generasi harapan bangsa, memimpin peradaban yang kokoh di masa hadapan.

Lalu bagaimanakah cara mencegah, agar hal ini tidak terjadi di masa pandemi saat ini, sehingga keluarga dapat tetap dipertahankan, sebagai ruang tumbuh kembang yang hangat dan harmonis, bagi semua anggota keluarga?

Ada beberapa ikhtiar yang bisa kita lakukan sebagai perempuan (istri), dalam mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, yang dilakukan oleh suami, diantaranya meningkatkan komunikasi pribadi dengan suami, berusaha memenuhi permintaan suami selama tidak dalam rangka kemaksiatan, dan sesuai dengan kemampuan diri, mengkomunikasikan kebutuhan ekonomi keluarga serta memberikan kepercayaan penuh pada suami dalam ikhtiarnya membangun keluarga yang harmonis.

Namun jika realitanya kekerasan itu tetap terjadi, dan menimbulkan efek yang membahayakan, maka kita tidak boleh diam.

Istri dapat melapor pada lembaga berwenang seperti Pusat Pelayanan Terpadu, Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) setempat atau dapat menghubungi tenaga psikolog melalui hotline 119 ext.8, atau ke unit pengaduan Kementrian PPPA, di 0821-2575-1234 atau di 0811-1922-911.

Jangan ragu melapor, jika kondisi sudah sangat parah, dan membahayakan keselamatan jiwa kita, juga anak-anak. (Kak Galuh)

#P2TP2A
#StopKekerasanPadaPerempuan
#KDRT
#Perempuan

 

Lihat Juga

tantrum

Dewasa Kok Tantrum?

Jika anak-anak cenderung tantrum dikarenakan keinginannya yang tidak terpenuhi, maka sedikit berbeda dengan orang dewasa, dimana orang dewasa cenderung mengalami tantrum dikarenakan ketidakmampuan mengatasi ketegangan atau emosi negatif yang dihadapinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *