Kekerasan dan Penyimpangan Seksual pada Anak

Menyikapi Kekerasan dan Penyimpangan Seksual pada Anak

CAHYALOKA.COM Menjadi orang tua memang tidak pernah ada sekolahnya. Banyak hal yang kita jumpai dalam mengasuh dan mendidik buah hati kita,  seringkali membuat kita kewalahan. Setiap fase perkembangan yang dilalui oleh anak-anak selalu memiliki keunikan tersendiri yang menuntut kita sebagai orang tua agar selalu siap menemani mereka dengan performa terbaik yang kita miliki.  

Tak banyak yang tahu, salah satu masa rentan dari siklus kehidupan seorang manusia adalah pada saat ia memasuki masa aqil baligh (baca: remaja). Pada masa peralihan ini banyak hal bergejolak yang membuncah untuk segera diselesaikan sebelum seluruhnya “meledak” karena penanganan yang tak seharusnya. Mengawal para remaja kita diawal masa ini butuh kesabaran dan kebijaksanaan yang ekstra. Ditambah dengan kondisi zaman serba “bebas” seperti saat ini, dimana berbagai pengaruh negatif dapat dengan sangat mudah masuk kedalam masa remaja anak-anak kita. Bersikap otoriter dan hanya fokus pada hukuman dan hadiah (material) semata tidak sepenuhnya mampu menjadi jaminan masa remaja mereka akan aman.

Untuk mengatasi hal ini, SDIT Al-Barkah di komplek TNI-AL Kodamar Kelapa Gading Barat mengundang dua orang relawan dari Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan (#GePPuK) untuk menyelenggarakan kegiatan Edukasi #StopKekerasanPadaAnak, pada tanggal 13 Desember 2016, seusai pekan UAS terlaksana. Maraknya kasus kekerasan seksual dan perilaku penyimpangan seksual yang terjadi di kalangan remaja hari ini semakin menguatkan alasan kegiatan semacam ini patut dilaksanakan sebagai salah satu bekal dalam menghadapi fenomena “mengerikan” tersebut.

Kegiatan Edukasi diselenggarakan pada tiga waktu yang berbeda secara bergantian. Sesi pertama dihadiri oleh siswa kelas 1-4. Pada sesi ini, edukasi disajikan dengan cara menghadirkan pertunjukan dongeng bersama boneka puppet. Pada cerita yang dibawakan oleh kakak relawan, di-informasikan bahwa setiap anak Indonesia adalah anak-anak yang berharga dan harus memiliki kemampuan untuk menjaga dirinya sendiri. Anak yang mampu menjaga diri akan selalu berusaha untuk menjaga empat bagian tubuh (bibir, dada, perut hingga lutut, dan area belakang yang biasa digunakan untuk duduk) yang tidak boleh di sentuh oleh siapapun kecuali oleh diri sendiri, oleh orang tua saat ada keperluan, dan juga oleh dokter dengan didampingi oleh orang tua. Selain dengan dongeng, peserta juga diajarkan lagu dengan tema serupa agar materi yang disampaikan semakin menarik dan mampu masuk dalam alam bawah sadar mereka.   

Sesi dua dihadiri oleh peserta dari kelas 5-6. Metode yang diberikan adalah dalam bentuk seminar purbetas. Selain info tentang empat bagian tubuh yang tak boleh disentuh, mereka juga diperkenalkan apa saja yang akan mereka lalui saat melewati masa remaja. Perubahan fisik dan psikis juga dijelaskan dengan sangat detail agar mereka memehamai informasi yang benar tentang  bagaimana cara melewati masa remaja yang sehat. Setelah itu, mereka juga diarahkan untuk memikirkan kegiatan positif apa yang paling mereka sukai agar dapat ditekuni secara maksimal hingga menjadi remaja yang berprestasi dan jauh dari kebingungan identitas. Diharapkan dengan menemukan potensi diri mereka akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan menjadi remaja yang membanggakan.

Sesi terakhir, peserta yang dihadirkan adalah para orang tua wali murid. Dalam sesi ini, orang tua diberikan informasi mengenai kondisi remaja hari ini dalam pergaulan sehari-harinya. Fakta-fakta dilapangan yang mendukung nya juga terpapar secara gamblang. Orang tua juga diberikan wawasan tentang bagaimana caranya menemani remaja agar tidak menjadi remaja yang Bored, Lonely, Angry, Stress, dan Tired (BLAST). Karena remaja yang BLAST merupakan sasaran empuk para produsen pornografi, pelaku kekerasan seksual/pedofil dan juga bandar narkoba.

Jika anak-anak sampai terjebak pada lingkaran setan pornografi maka mereka akan mengalami kerusakan otak di lima bagian melebihi kerusakan otak pada pemakai narkoba yang hanya tiga bagian. Pecandu pornografi jika tidak segera ditangani akan mengembangkan sikap tidak sehat dalam membina hubungan saat berumah tangga. Mereka hanya akan menjadikan pasangan sebagai objek seksual semata tanpa menggubris proses suci berupa tumbuhnya kasih sayang dalam membina hubungan rumah tangga itu sendiri. Bisa dibayangkan mereka akan lebih cenderung menjadi seseorang yang tak berperasaan dan egois.

Begitu bahayanya dampak dari remaja yang BLAST, maka orang tua diharapkan dapat membuka komunikasi se-efektif mungkin dengan para remaja mereka agar mereka tidak  merasa sendiri dan kering dalam melewati masa itu. Peran Ayah dan Ibu sama pentingnya untuk dapat membuat remaja diterima sebagai seseorang yang berharga. Tak ada dari keduanya yang harus lebih menonjol karena remaja memiliki ruang tersendiri untuk dapat menginternalisasi nilai-nilai hidup yang ia butuhkan dari kedua orang tuanya. Maka. Kerjasama yang baik serta kesamaan visi dan misi dari ayah dan ibu akan semakin mengokohkan keberhasilan seorang remaja.  (gkw)

Lihat Juga

Kelas Literasi Anak Depok II-2018

Bahasa Literasi Bahasa Cinta

CAHYALOKA.COM – Alhamdulillah #KelasLiterasiAnakDepok sudah berjalan di sesi ke-2. Sungguh upaya ini menjadi penting untuk …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *