Al Khansa

Al-Khansa, Ibu Para Syuhada

CAHYALOKA.COM – Al-Khansa terlahir pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab, yakni Bani Mudhar. Beliau adalah seorang yang fasih, mulia, murah hati, tenang, pemberani, tegas, dan tak kenal kepura-puraan. Selain keutamaan itu, ia pun pandai bersyair. Syair-syairnya berkisah tentang kenangan kepada orang-orang yang dikasihinya. Terutama kepada kedua saudara lelakinya, yaitu Mu’awiyah dan Sakhr yang telah lebih dahulu meninggalkannya ke alam baka.

Diriwayatkan ketika Adi bin Hatim dan saudarinya, Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah Saw., ia berkata, “Ya Rasulullah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam bersyair dan orang yang paling pemurah hati, juga orang yang paling pandai berkuda.” Rasulullah Saw. bersabda, “Siapakah mereka itu. Sebutkanlah namanya.” Adi menjawab, “Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru’ul Qais bin Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha’i, ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma’dikariba.” Rasulullah Saw. lanjut berkata, “Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan orang yang paling murah hati adalah Muhammad Rasulullah, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thalib.”

Jarir ra. pernah ditanya, “Siapakah yang paling pandai bersyair?” Jarir ra. menjawab, “Kalau tidak ada Al-Khansa tentu aku.” Al-Khansa sangat sering bersyair tentang kedua saudaranya, sehingga hal itu pernah ditegur olah Sayidina Umar bin Khattab ra. Umar ra. pernah bertanya kepada Khansa, “Mengapa matamu bengkak-bengkak?” Khansa menjawab, “Karena aku terialu banyak menangis atas pejuang-pejuang Mudhar yang terdahulu.” Umar berkata, “Wahai Khansa, mereka semua ahli neraka.” Sahut Khansa, “Justru itulah yang membuat aku lebih kecewa dan sedih lagi. Dahulu aku menangisi Sakhr atas kehidupannya, sekarang aku menangisinya karena ia adalah ahli neraka.”

Al-Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak lelaki. Melalui pembinaan dan pendidikan penuh kasihnya, keempat anak lelakinya menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu dari para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Qadisiyah.

Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah Al-Khansa. Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling tunjuk menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh fi sabilillah. Rupanya, pertengkaran mereka itu telah terdengar oleh ibunda mereka, Al-Khansa. Maka Al-Khansa mengumpulkan keempat anaknya dan berkata, “Wahai putraku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang #perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati bapakmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu. Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah, majulah paling depan niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akherat. Negeri keabadian. Wahai anakku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah. lnilah kebenaran sejati, maka untuk itu berperanglah dan demi itu pula bertempurlah hingga Allah memenangkan atau engkau menjadi syuhada di medan laga. Wahai anakku, carilah maut niscaya dianugrahi hidup.”

Pemuda-pemuda itupun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang dengan jiwa ksatria melawan musuh Islam, sehingga tak terbilang jumlah musuh yang terbunuh di pedang mereka. Akhirnya, takdir Allah menjabah harapan sang ibunda, Al-Khansa, nyawa putra-putra Al-Khansa tercabut dari raganya. Ketika ibunda mereka, Al-Khansa, mendengar kesyahidan seluruh puta-putranya, sedikit pun Al-Khansa tak merasa sedih. Bahkan ia telah berkata, “Alhamdulillah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggilku dan berkenan mempertemukan aku dengan putra-putraku dalam naungan Rahmat-Nya yang kokoh di surgaNya yang luas.”

Al-Khansa meninggal dunia pada masa permulaan ke-Khalifahan Utsman bin Affan ra., yaitu pada tahun ke-24 Hijriyah.

Lihat Juga

tantrum

Dewasa Kok Tantrum?

Jika anak-anak cenderung tantrum dikarenakan keinginannya yang tidak terpenuhi, maka sedikit berbeda dengan orang dewasa, dimana orang dewasa cenderung mengalami tantrum dikarenakan ketidakmampuan mengatasi ketegangan atau emosi negatif yang dihadapinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *